Tuhanku Yang Maha Tau ..
Akhirnya hari ini tiba. Mungkin saat hari ini berlalu, aku tak akan lagi
bersama mereka. Tepatnya, mungkin aku akan lebih jarang bertemu dengan mereka
dan menghabiskan waktu bersama.
Ekspresi apa yang harus tercipta ? ? Bahagia atau sedihkah ?
“Duuuhhh
mamah buruan dong, udah telat niiih !!!.” Teriakku pagi itu.
“Iyaaa
sebentar lagi.” Balas mamah. Suaranya dari kamar. Mamah memang orangnya seperti
itu. Ini bukan pertama kalinya ia berdandan dengan waktu yang sangat panjang.
“Iiiii sebel
deh, sebenernya siapa sih yang punya hajat ? Aku atau mamah. Huftt lama deh !.”
Teriakku dalam hati sambil menunggu mamah. Tidak lama kemudian ‘Tiiinnnnnnttt’.
Suara motor Abi.
Fabian Pradiptara Putra. Dialah Abi.
Laki-laki yang saat itu menyandang status resmi sebagai ‘pacarku’ . Keluarga
dan sahabat-sahabatku juga mengetahuinya.Usianya empat tahun lebih tua
diatasku. Yupz.. dia seniorku disekolah. Seingatku dulu kami bertemu di
Paskibra. Hari ini dia janji akan mengantarkanku. Karna kendaraan roda dua yang
kami miliki, sangat terbatas kapasitasnya.
“Mamaaahhhhh
Abinya udah dateng tuh. Buruannn !!!.” Teriakku kembali dengan penekanan nada
yang lebih tinggi.
“Iyaaaa ini
sudah. Gimana ???.” Akhirnya mamahpun keluar kamar berputar lambat dihadapanku
dengan balutan gaun ungu yang sedikit ngepres ditubuhnya. Kerudung pun
dipadukan selaras dengan gaunnya.
Mamah memang
paling pintar. Meskipun sudah berumur tapi tetap saja tak mau kalah oke
denganku. Kerap kali aku tertawa geli dengan tingkahnya.
“Iya cantik
kok, sebenernya tanpa dandan juga ayah tetep cinta. Ya kan yah ?.” Komentarku
untuk penampilan dua jam mamah. Dengan pujian bertujuan ‘biar cepet’ . Ayahpun
berhasil diajak kompromi. ‘Hahaha’ kami tertawa bersama.
Abi cenderung pendiam didepan
keluargaku. Sifat ‘malu-malu meong’ tampaknya sudah ada sejak dia lahir.
Awalnya sih kesel. Terkesan belagu. Tapi ternyata itu memang sudah menjadi ciri
khasnya. So, aku kan terima apa adanya (wew, gombal dikit). Ahahaaha_
Moment paling bikin jantung copot
itu pas Abi bersalaman dengan kedua orang tuaku untuk pertama kalinya. Aku
merasakan Abipun terlihat sama gugupnya. Wajah putihnya memerah seperti udang
goreng yang baru matang. Setelah itu kamipun berangkat menuju TKP. Aku dengan
Abi. Ayah dan mamah.
Ada satu lagi nih yang unik dalam
keluargaku. Seperti biasa, mamahlah justru yang membonceng ayah. Ayah tak bisa
mengendarai sepedah motor. Entah sejak dan sampai kapan rasa trauma yang
bersarang dalam jiwa ayah akan hilang. Menurut cerita nenek, ayah bukan tak
bisa mengendarai sepedah motor. Kejadian tabrakan maut yang hampir merenggut
nyawa ayah beberapa tahun silamlah yang menyebabkan semua itu. Hingga saat ini.
***
“Guys ..
Foto dulu yuk akh !!!.” Kikky mengajak kami semua untuk berpose. Dia memang
paling narsies diantara kami.
“1...2....3....chersss.”
Ujar Kikky dengan semangat empat limanya.
Hari ini memang special’s day. Tepat
dihari Perpisahan kami, siswa/i kelas tiga salah satu Sekolah Menengah Kejuruan
Negeri dikawasan Cikampek – Jawa Barat. Setelah menghadapi serentetan ujian yang
Alhamdulillah menguras waktu, hati dan fikiran. Akhirnya lulus dengan hasil
yang relatif memuaskan. Kami dikumpulkan disekolah tepatnya di Gedung Serba
Guna yang notabennya stengah jadi. Yaa... tapi aku dan yang lain tetap
menikmatinya.
“Widiuww...
keren banget laga loe, hahay.” Celoteh Rara yang antusias melihat penampilan
Riri dengan balutan kebaya berwarna coklat, samping plus selendang melambai dan
bermake up lima senti ala sinden di OVJ. Tak ketinggalan highhells sepuluh
senti yang melekat membuatnya lebih tinggi dari biasanya.
“Haha , baru
tau loe kalau gue keren . Akhirnya mengakui juga.” Balas Riri spontan kepada
Rara sambil memamerkan uraian kebaya dan sedikit berputar-putar dihadapannya.
Tak lupa Ia pun menggibas-gibaskan rambut hitam panjangnya kearah Rara dengan
gaya model di Catwork.
Rara dan Riri adalah dua orang
sahabatku yang super duper 5R deh . Ritiw, Rempong, Rumpi, Rese, and Rujit.
Bawelnya minta ampun. Anak-anak satu kelaspun tau itu. Kalau mereka datang ke
kelas, sesepi apapun keadaannya pasti mendadak rame. Yaa.. begitulah ciri khas
mereka. Meskipun begitu, mereka tetap sahabatku.
“Eleuh-eleuh,
gareulis euy. Prikitiuw akh.” Canda
Putra memuji penampilan kami didepan gerbang sekolah dengan jas hitam ,
kemeja putih panjang dan sepatu pantopel nya.
“Yaa dong,
eh tapi loe juga lumayan keren ko. Ayee.” Balas Chaca bergaya Ayu Ting-ting
dengan kedipan mata genit ciri khasnya.
“Iya bener
tuh.” Singkat komentar Zee untuk Putra,
“Eh, udah akh yuk cus kedalem. Kayaknya udah mau
mulai tuh.” Debi akhirnya bersuara.
Akhirnya kamipun masuk bersama-sama
kedalam. Acara tampak setengah berjalan. Upacara Adat sedang berlangsung saat
ini. Aku dan teman-teman duduk seanggun mungkin sesuai dengan busana yang
dikenakan. Baru kali ini aku menggenakan pakaian serumit ini. Lengkap dengan
high heels duabelas senti yang membuatku sulit bergerak. Rambut yang
direka-reka secantik mungkin. Semua siswi yang datang di acara ini tampak
berpoles ala pesta cinderella bergaun batik. Begitupun para siswa yang tak
kalah tampan dengan balutan jas hitam berkemeja putih.
Masing-masing membawa orangtuanya.
Ada yang bersama Ayah, ada pula yang datang bersama Ibunya. Namun alangkah
bahagianya, Aku datang bersama mereka yang lengkap. Ayah dan Mamah. Kebetulan
Ayahku sudah pulang kesini beberapa minggu yang lalu untuk menjemputku.
Selama ini
kami tinggal terpisah. Aku tinggal disini bersama mamah dan ketiga adikku. Sedangkan
sejak beberapa bulan yang lalu, Ayah meninggalkan kami untuk mencari nafkah di
Borneo sana. Awalnya memang berat, keluarga kami harus terbagi menjadi dua
seperti ini. Tapi mungkin inilah yang ditakdirkan Tuhan untuk kami.
Di Hari Perpisahan ini perasaan ku
bercampur aduk. Senang, Sedih, Kecewa pokonya gak jelas seperti apa.
Alhamdulillah sekolahku 99.99% lulus semua.
“Ve, ko
ngelamun ?.” Tanya Kikky sambil menepuk pundakku.
“Gak ko, gue
Cuma lagi mikir aja.” Jawabku sambil membalas SMS dari Ello.
“Whats ?
Sejak kapan loe bisa mikir ?.” Celetuk Riri menyambar percakapan ku dengan
Kikky.
“Sejak
akhir-akhir ini. Gue Cuma mikir.......” Ujarku yang terpotong oleh Rara.
“Ello ? akh
pasti deh dia? Ya kan?.” Sambung Rara memotong.
“Itu juga
sih. Tapi yang utama bukan itu. Tapi tentang kita.” Ujarku dengan nada sedikit
tinggi membuat Rara, Riri, Kikky, Zee, dan Debi terdiam dan hanya mempusatkan
pandangan kepadaku.
“Maksudnya
?.” Tanya Chaca polos. Memang begitula Chaca. Rada lola alias tulalit diantara
kami. Bukannya mengejek, tapi it’s Chaca.
“Haduh, plis
deh Cha. Diem dulu kenapa. Lanjut Ve.” Kikky memintaku melanjutkannya.
“Iyak. Gue
takut aja. Waktunya tuh makin singkat. Tanggal 12, mungkin gue udah cow kesana
bareng bokap. Terus kalian udah pasti masing-masing. Terus kita gak bisa lagi
main bareng, ngerumpi bareng, karauke atau...........” Aku berbicara
terbata-bata, tapi belum selesai.
“Sssssttttttt..
Venus ! Loe ngomong apa sih ? Kita gak bakalan pisah lah. Udah sih tenang aja.”
Kali ini Debi yang memotong pembicaraanku dengan nada lemah lembut. Matanya
tajam menatapku.
“Ih apaan
sih, emang siapa yang mau putus sih ? ko daritadi ngomongnya pisah , pisah
terus.” Tanya Chaca kembali dengan tampang seolah tak mengerti apa-apa. Namun kali ini tak ada
yang menggubris pertanyaannya. Mereka bertujuh sibuk dengan pembicaraan itu.
Setelah beberapa jam kemudian, tiba
pada puncak acara salam-salaman siswa/i dan guru-guru. Air mata mulai
berjatuhan perlahan mengiringi perpisahan itu. Semua guru ikut terlibat, bahkan
kepala sekolahku Bapak Ebo ikut hadir. Hari ini menjadi hari yang sangat
melelahkan dan sangat menyedihkan untuk aku, dan semua siswa/i lainnya. Anak
kelas duapun ikut hadir sebagian untuk mengisi acara.
“Kamu sangat
berarti, istimewa dihati. Slamanya rasa ini.. Jika tua nanti kita tlah hidup
masing-masing , ingatlah hari ini.” Suara Putra bersama bandnya yang ikut
memeriahkan acara perpisahan. Lagu itu sudah sangat familiar ditelinga
anak-anak. Dipopulerkan oleh Project Pop dengan judul “Ingatlah Hari ini” .
Lagunya sangat menarik siswa lain untuk ikut bernyanyi. Sangat tepat
dinyanyikan pada saat moment-moment seperti ini.
Rangkaian acara demi acara hampir
selesai. Dari mulai Upacara Adat, Wisuda, Salam-salaman, sampai acara non
formal yang notabennya anak muda lebih ke joget-joget nggak jelas. Mereka berexpresi untuk yang terakhir kalinya
di atas panggung perpisahan. Meskipun tidak semeriah seperti yang sering
disaksikan dilayar kaca. Ada pengadaan Promnight , dll. Acara perpisahan yang
dibuat disekolahku cukup hikmat dan tidak terlalu mewah. Meskipun begitu, ada
saja keributan yang terjadi. Tetapi
syukurlah semua itu bisa teratasi. Disela-sela acara,
“Kriiiiingg
!!!!. Handphone loe bunyi tuh Ve,” Debi memberitahuku.
Message From +62857XXXXXXX
Bisa ktMu ? aq tungGu di Grbang, ok ?
#ello
“Siapa Ve ?
Ko kayaknya heran gitu ?.” Tanya Debi penasaran.
“Ello. Tapi
pake nomer siapa yak ?.” Jawabku tanda tanya
Sent To +62857XXXXXXX
Ok_
Akupun lekas menemui Ello seperti permintaannya. Tanpa
sempat pamit dengan yang lain.
“Mau kemana
Ve ?!!.” Teriak Debi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar