Jumat, 03 Agustus 2012

Part 1


Tuhanku Yang Maha Tau ..
Akhirnya hari ini tiba. Mungkin saat hari ini berlalu, aku tak akan lagi bersama mereka. Tepatnya, mungkin aku akan lebih jarang bertemu dengan mereka dan menghabiskan waktu bersama.
Ekspresi apa yang harus tercipta ? ? Bahagia atau sedihkah ?
“Duuuhhh mamah buruan dong, udah telat niiih !!!.” Teriakku pagi itu.
“Iyaaa sebentar lagi.” Balas mamah. Suaranya dari kamar. Mamah memang orangnya seperti itu. Ini bukan pertama kalinya ia berdandan dengan waktu yang sangat panjang.
“Iiiii sebel deh, sebenernya siapa sih yang punya hajat ? Aku atau mamah. Huftt lama deh !.” Teriakku dalam hati sambil menunggu mamah. Tidak lama kemudian ‘Tiiinnnnnnttt’. Suara motor Abi.
            Fabian Pradiptara Putra. Dialah Abi. Laki-laki yang saat itu menyandang status resmi sebagai ‘pacarku’ . Keluarga dan sahabat-sahabatku juga mengetahuinya.Usianya empat tahun lebih tua diatasku. Yupz.. dia seniorku disekolah. Seingatku dulu kami bertemu di Paskibra. Hari ini dia janji akan mengantarkanku. Karna kendaraan roda dua yang kami miliki, sangat terbatas kapasitasnya.
“Mamaaahhhhh Abinya udah dateng tuh. Buruannn !!!.” Teriakku kembali dengan penekanan nada yang lebih tinggi.
“Iyaaaa ini sudah. Gimana ???.” Akhirnya mamahpun keluar kamar berputar lambat dihadapanku dengan balutan gaun ungu yang sedikit ngepres ditubuhnya. Kerudung pun dipadukan selaras dengan gaunnya.
Mamah memang paling pintar. Meskipun sudah berumur tapi tetap saja tak mau kalah oke denganku. Kerap kali aku tertawa geli dengan tingkahnya.
“Iya cantik kok, sebenernya tanpa dandan juga ayah tetep cinta. Ya kan yah ?.” Komentarku untuk penampilan dua jam mamah. Dengan pujian bertujuan ‘biar cepet’ . Ayahpun berhasil diajak kompromi. ‘Hahaha’ kami tertawa bersama.
            Abi cenderung pendiam didepan keluargaku. Sifat ‘malu-malu meong’ tampaknya sudah ada sejak dia lahir. Awalnya sih kesel. Terkesan belagu. Tapi ternyata itu memang sudah menjadi ciri khasnya. So, aku kan terima apa adanya (wew, gombal dikit). Ahahaaha_
            Moment paling bikin jantung copot itu pas Abi bersalaman dengan kedua orang tuaku untuk pertama kalinya. Aku merasakan Abipun terlihat sama gugupnya. Wajah putihnya memerah seperti udang goreng yang baru matang. Setelah itu kamipun berangkat menuju TKP. Aku dengan Abi. Ayah dan mamah.
            Ada satu lagi nih yang unik dalam keluargaku. Seperti biasa, mamahlah justru yang membonceng ayah. Ayah tak bisa mengendarai sepedah motor. Entah sejak dan sampai kapan rasa trauma yang bersarang dalam jiwa ayah akan hilang. Menurut cerita nenek, ayah bukan tak bisa mengendarai sepedah motor. Kejadian tabrakan maut yang hampir merenggut nyawa ayah beberapa tahun silamlah yang menyebabkan semua itu. Hingga saat ini.
***
“Guys .. Foto dulu yuk akh !!!.” Kikky mengajak kami semua untuk berpose. Dia memang paling narsies diantara kami.
“1...2....3....chersss.” Ujar Kikky dengan semangat empat limanya.
            Hari ini memang special’s day. Tepat dihari Perpisahan kami, siswa/i kelas tiga salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dikawasan Cikampek – Jawa Barat. Setelah menghadapi serentetan ujian yang Alhamdulillah menguras waktu, hati dan fikiran. Akhirnya lulus dengan hasil yang relatif memuaskan. Kami dikumpulkan disekolah tepatnya di Gedung Serba Guna yang notabennya stengah jadi. Yaa... tapi aku dan yang lain tetap menikmatinya.
“Widiuww... keren banget laga loe, hahay.” Celoteh Rara yang antusias melihat penampilan Riri dengan balutan kebaya berwarna coklat, samping plus selendang melambai dan bermake up lima senti ala sinden di OVJ. Tak ketinggalan highhells sepuluh senti yang melekat membuatnya lebih tinggi dari biasanya.
“Haha , baru tau loe kalau gue keren . Akhirnya mengakui juga.” Balas Riri spontan kepada Rara sambil memamerkan uraian kebaya dan sedikit berputar-putar dihadapannya. Tak lupa Ia pun menggibas-gibaskan rambut hitam panjangnya kearah Rara dengan gaya model di Catwork.
            Rara dan Riri adalah dua orang sahabatku yang super duper 5R deh . Ritiw, Rempong, Rumpi, Rese, and Rujit. Bawelnya minta ampun. Anak-anak satu kelaspun tau itu. Kalau mereka datang ke kelas, sesepi apapun keadaannya pasti mendadak rame. Yaa.. begitulah ciri khas mereka. Meskipun begitu, mereka tetap sahabatku.
“Eleuh-eleuh, gareulis euy. Prikitiuw akh.” Canda  Putra memuji penampilan kami didepan gerbang sekolah dengan jas hitam , kemeja putih panjang dan sepatu pantopel nya.
“Yaa dong, eh tapi loe juga lumayan keren ko. Ayee.” Balas Chaca bergaya Ayu Ting-ting dengan kedipan mata genit ciri khasnya.
“Iya bener tuh.” Singkat komentar Zee untuk Putra,
“Eh,  udah akh yuk cus kedalem. Kayaknya udah mau mulai tuh.” Debi akhirnya bersuara.
            Akhirnya kamipun masuk bersama-sama kedalam. Acara tampak setengah berjalan. Upacara Adat sedang berlangsung saat ini. Aku dan teman-teman duduk seanggun mungkin sesuai dengan busana yang dikenakan. Baru kali ini aku menggenakan pakaian serumit ini. Lengkap dengan high heels duabelas senti yang membuatku sulit bergerak. Rambut yang direka-reka secantik mungkin. Semua siswi yang datang di acara ini tampak berpoles ala pesta cinderella bergaun batik. Begitupun para siswa yang tak kalah tampan dengan balutan jas hitam berkemeja putih.
            Masing-masing membawa orangtuanya. Ada yang bersama Ayah, ada pula yang datang bersama Ibunya. Namun alangkah bahagianya, Aku datang bersama mereka yang lengkap. Ayah dan Mamah. Kebetulan Ayahku sudah pulang kesini beberapa minggu yang lalu untuk menjemputku.
Selama ini kami tinggal terpisah. Aku tinggal disini bersama mamah dan ketiga adikku. Sedangkan sejak beberapa bulan yang lalu, Ayah meninggalkan kami untuk mencari nafkah di Borneo sana. Awalnya memang berat, keluarga kami harus terbagi menjadi dua seperti ini. Tapi mungkin inilah yang ditakdirkan Tuhan untuk kami.
            Di Hari Perpisahan ini perasaan ku bercampur aduk. Senang, Sedih, Kecewa pokonya gak jelas seperti apa. Alhamdulillah sekolahku 99.99% lulus semua.
“Ve, ko ngelamun ?.” Tanya Kikky sambil menepuk pundakku.
“Gak ko, gue Cuma lagi mikir aja.” Jawabku sambil membalas SMS dari Ello.
“Whats ? Sejak kapan loe bisa mikir ?.” Celetuk Riri menyambar percakapan ku dengan Kikky.
“Sejak akhir-akhir ini. Gue Cuma mikir.......” Ujarku yang terpotong oleh Rara.
“Ello ? akh pasti deh dia? Ya kan?.” Sambung Rara memotong.
“Itu juga sih. Tapi yang utama bukan itu. Tapi tentang kita.” Ujarku dengan nada sedikit tinggi membuat Rara, Riri, Kikky, Zee, dan Debi terdiam dan hanya mempusatkan pandangan kepadaku.
“Maksudnya ?.” Tanya Chaca polos. Memang begitula Chaca. Rada lola alias tulalit diantara kami. Bukannya mengejek, tapi it’s Chaca.
“Haduh, plis deh Cha. Diem dulu kenapa. Lanjut Ve.” Kikky memintaku melanjutkannya.
“Iyak. Gue takut aja. Waktunya tuh makin singkat. Tanggal 12, mungkin gue udah cow kesana bareng bokap. Terus kalian udah pasti masing-masing. Terus kita gak bisa lagi main bareng, ngerumpi bareng, karauke atau...........” Aku berbicara terbata-bata, tapi belum selesai.
“Sssssttttttt.. Venus ! Loe ngomong apa sih ? Kita gak bakalan pisah lah. Udah sih tenang aja.” Kali ini Debi yang memotong pembicaraanku dengan nada lemah lembut. Matanya tajam menatapku.
“Ih apaan sih, emang siapa yang mau putus sih ? ko daritadi ngomongnya pisah , pisah terus.” Tanya Chaca kembali dengan tampang seolah  tak mengerti apa-apa. Namun kali ini tak ada yang menggubris pertanyaannya. Mereka bertujuh sibuk dengan pembicaraan itu.
            Setelah beberapa jam kemudian, tiba pada puncak acara salam-salaman siswa/i dan guru-guru. Air mata mulai berjatuhan perlahan mengiringi perpisahan itu. Semua guru ikut terlibat, bahkan kepala sekolahku Bapak Ebo ikut hadir. Hari ini menjadi hari yang sangat melelahkan dan sangat menyedihkan untuk aku, dan semua siswa/i lainnya. Anak kelas duapun ikut hadir sebagian untuk mengisi acara.
“Kamu sangat berarti, istimewa dihati. Slamanya rasa ini.. Jika tua nanti kita tlah hidup masing-masing , ingatlah hari ini.” Suara Putra bersama bandnya yang ikut memeriahkan acara perpisahan. Lagu itu sudah sangat familiar ditelinga anak-anak. Dipopulerkan oleh Project Pop dengan judul “Ingatlah Hari ini” . Lagunya sangat menarik siswa lain untuk ikut bernyanyi. Sangat tepat dinyanyikan pada saat moment-moment seperti ini.
            Rangkaian acara demi acara hampir selesai. Dari mulai Upacara Adat, Wisuda, Salam-salaman, sampai acara non formal yang notabennya anak muda lebih ke joget-joget nggak jelas.  Mereka berexpresi untuk yang terakhir kalinya di atas panggung perpisahan. Meskipun tidak semeriah seperti yang sering disaksikan dilayar kaca. Ada pengadaan Promnight , dll. Acara perpisahan yang dibuat disekolahku cukup hikmat dan tidak terlalu mewah. Meskipun begitu, ada saja keributan yang terjadi.  Tetapi syukurlah semua itu bisa teratasi. Disela-sela acara,
“Kriiiiingg !!!!. Handphone loe bunyi tuh Ve,” Debi memberitahuku.
Message From +62857XXXXXXX
Bisa ktMu ? aq tungGu di Grbang, ok ?
#ello
“Siapa Ve ? Ko kayaknya heran gitu ?.” Tanya Debi penasaran.
“Ello. Tapi pake nomer siapa yak ?.” Jawabku tanda tanya
Sent To +62857XXXXXXX
Ok_
            Akupun lekas menemui Ello seperti permintaannya. Tanpa sempat pamit dengan yang lain.
“Mau kemana Ve ?!!.” Teriak Debi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar