“Keinginan
kadang tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Apa yang menurutmu baik, belum
tentu sesuai dengan kehendak-Nya. Dan apa yang menurutmu buruk, belum tentu
menurut-Nya. Karna hidup akan selalu berjalan dengan atau tanpa kehadiran
keinginan itu. Sayang ..”
(Mamahku^^)
Sekolah adalah
rumah keduaku. Hampir setiap hari aku menghabiskan separuh waktuku disana.
Kalian harus tau, awalnya tidak pernah terfikirkan untukku bersekolah ditempat
sekolahku ini. Lokasinya yang dekat dengan TPU (Tempat Pemakaman Umum)
sepertinya menjadi alasan utamanya. Awalnya memang sedikit kecewa. Tapi mencoba
apa salahnya. Toh, kitapun tak akan pernah tau jika belum mencobanya. Benar
bukan ? ^^
Mamah
adalah orang yang paling berjasa. Bagaimana tidak, Dialah yang bulak-balik
mengurusi semua urusan pendaftaran penerimaan murid baru waktu itu. Tidak
banyak yang aku lakukan. Hanya belajar lalu mengikuti tes masuk sekolah itu.
Aku melakukan semua demi mamah. Meskipun awalnya sangat berat. Kami (aku dan
mamah) sepakat memilih jurusan Analisis Kimia. Tentunya sudah berdasarkan
beberapa pemikiran. Salah satunya adalah karena jumlah siswa dan siswi
dijurusan itu seimbang. Tidak seperti jurusan lainnya yang memiliki mayoritas
siswa daripada siswinya.
“Kha, tesnya besok. Jangan lupa
belajar. Yang daftar udah lebih dari seribu orang loh.” Ucap mamah cemas.
Sepertinya ia sungguh ketakutan. Terpancar sekali dari raut wajahnya
“Iya maahhh. Kaka usahain.”
Suaraku meyakinkan mamah. Kubuang jauh rasa malas itu. Lagi-lagi semuanya
kulakukan untuk mamah. Mamahpun mengusap lembut rambutku.
Serangkaian
tes membuatku lelah. Darimulai pendaftaran, tes fisik, tes buta warna, tinggi
dan berat badan, hingga terakhir tes tertulis. Panjang bukan. Maklumlah,
sekolahku ini adalah satu-satunya Sekolah Mnengah Kejuruan Negri didaerahku.
Jadi tak salah, jika persaingannya memang cukup ketat. Meskipun letaknya berada
ditengah-tengah kompleks permukiman penduduk dan Tempat Pemakaman Umum,
sekolahku tak kalah terkenalnya. ‘poesara-301’
begitu nama kerennya. Entah darimana, sejak kapan nama itu ada dan mulai
menjadi panggilan akrab sekolahku.
Sarana
dan Prasarananya memang cukup lengkap. Dari mulai Ruang Kelas , Perpustakaan,
Mesjid, Toilet, Laboratorium Bahasa, Lapangan Basket, sampai Gedung Serba Guna
(GSG) pun tersedia. Bahkan Pengembangan Diri yang disediakan pun sangat banyak
dan bervariasi. Mereka bebas memilih organisasi atau exskul yang mereka suka.
Inilah alasan utama yang membuatku betah disekolah. Eh tapi gak ada maksud
promosi juga ko, hihie.
“Bagi siapa yang ingin mengikuti
Extrakulikuller .................................(bla-bla-bla), diharapkan
mengisi formulir di Basecamp setempat.” Sejumlah pamplet tersebar ditiap sudut
dinding sekolah. Masing-masing anggota organisasi tersebut mempromosikan
pengembangan-pengembangan diri yang mereka ikuti. Mengajak siswa/i baru untuk
berkecimpung didalamnya.
Semenjak
duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, aku memang menyukai beberapa bidang.
Organisasi salah satunya. Akhirnya setelah semua tes penerimaan siswi baru
diumumkan lewat amplop putih itu, aku dinyatakan ‘LULUS’ di jurusan Analis
Kimia. Aku sungguh bahagia dan sangat lega melihat tulisan itu. Aku resmi menyandang status
‘CSB’ alias Calon Siswa Baru. ‘Akang dan Teteh’ menjadi akrab di telingaku.
Memang itulah panggilan yang diwajibkan kepada kami (junior) terhadap senior.
Semasa MOS merekapun memakai inisial-inisial khusus sebagai nama panggilan
dibelakang panggilan ‘kang’ atau ‘teh’. Entah tujuannya apa.
Beberapa
seniorku pernah bilang, “Kalian jangan senang dulu, masih ada Masa Orientasi
Siswa (MOS) yang harus kalian jalani. Jadi status kalian masih CSB ! Ngerti
?!!!.” Kata-kata yang paling ku ingat ketika MOS. Kuingat inisialnya Kang JS.
Wajah tanpa senyum itu terlihat sungguh-sungguh seperti asli. Gaya berjalan
yang cukup tegas yang tergambar jelas dengan dagu sedikit terangkat keatas.
Meskipun ku tahu pada masa MOS semuanya hanya ekting. Karna akupun pernah
menjadi ‘kakak senior’ di SMP dulu. Wajah jutex itu berhasil membuatku sangat
takut. Kami junior hanya bisa tunduk. Catat, hanya ketika MOS.
Kesan pertama
kali aku mengikuti MOS, sungguh melelahkan. Kurang lebih tiga hari. Namun menjadi
terasa lebih lama dari yang seharusnya. Itulah opini para CSB rata-rata. Tapi tidak
untukku. Menurutku itu adalah pengalaman yang berharga sekali. Sosok PKS
(Patroli Keamanan Siswa) yang begitu ‘Wahh’. Membuatku berkhayal, suatu saat
nanti aku bisa merasakan seperti itu. Mungkin itulah salah satu alasan mengapa
aku memilih mengikuti Organisasi Siswa Intera Sekolah atau yang lebih terkenal
dengan OSIS itu.
Masa
‘penjajahan’ itupun berakhir. Aku mulai memasuki dunia baruku. Dunia putih abu.
Seragampun berganti. Dandanan juga pastinya. Ku tinggalkan semua penampilan
SMPku, hingga rok dan kemeja putih pendekku. Yaa... emang sih awalnya aku
memang ingin menggenakan kembali pakaian serba mini itu. Tapi kurungkan niatku.
Ku fikir memakai baju seragam panjang membuatku lebih aman dan bebas bergerak.
Meskipun begitu aku masih enggan menggunakan kerudung dengan alasan ‘belum
siap’ hehehe.
“Perkenalkan kami semua yang akan
menemani kalian selama tiga tahun disekolah ini...................” Perkenalan
panjang Bapak dan Ibu guru baruku di Jurusan Analisis Kimia di awal Upacara
senin pagi itu. Aku terpilih menjadi dirigennya. Dagdigdug. Campur aduk deh.
Upacara pertama. Semua petugasnya terdiri dari siswa/i baru. Sangat tergambar
jelas dalam ingatanku.
Semua guru
wanita hampir semuanya memakai kerudung. Karna mayoritas beragama islam. ‘Masuk
jurusan kimia seperti ospek selama tiga tahun’. Haha itu sih mitosnya.
Biasalah. Mungkin itu efek ulah kakak-kakak seniorku yang membuat Ibu dan Bapak
guru kesal. Jadi seperti itu deh image yang tercipta. Awalnya akupun merasakan
hal itu memang benar. Tapi tidak... menurutku mereka tidak jahat. Tak seperti
ibu tiri layaknya sinetron-sinetron ditelevisi. Kini ku mulai menyadari itu
hanya saja ketegasan mereka saja yang kadang-kadang membuat mereka salah
mengartikannya. Karna pada dasarnya, tidak ada orang tua spesialnya ibu yang
tidak sayang kepada anaknya. Ya kan ???
Lah Terus,
kenapa di TV banyak sekali kejahatan tentang seorang ibu yang tega membunuh
anaknya sendiri ? Entahlah. Kurasa itu hanya efek dari perubahan zaman. (so tua
deh gue) ahahaaaa.
Ku akui dandanan
ku saat pertama kali masuk sekolah itu ‘nggak banget deh’ . Belakangan ini aku
mulai menyadari, mungkin faktor itulan yang membuat mereka (guru-guru) tidak
menyukaiku. Senyuman itu kembali terbit kerap kali aku mengingat saat-saat itu.
*
Ternyata
tak semudah yang aku bayangkan. Masuk OSIS seperti masuk kedalam dunia semi
militer. Semuanya penuh aturan dan hukuman. Latihan dasar Kepemimpinan Siswa
adalah sarat utamanya. Huft.. perjuangan panjang dalam masa-masa penerimaan
anak OSIS. Katanya sih semua itu sengaja dilakukan untuk menyeleksi calon
anggota OSIS. May be. Tapi aku sih enjoy-enjoy aja.
“Artria Venusa ?.” Dia memanggil
namaku. Dengan wajah super jutek. Dagunya yang tak pernah turun sepertinya
itulah ciri khas senior. Dag Dig Dug,
itulah yang aku rasakan.
“Iyaa, kang ?.” Jawabku dengan
nada bertanya-tanya. Aku tak berani menatap wajahnya.
“ Balik kanan !!! Cuci tuh muka.
Ini bukan ajang pemilihan model.” Kalimat singkat yang selalu ku ingat ketika
aku mengikuti LDKS. Lagi-lagi Kang JS. Senior paling menyebalkan sedunia. Malu.
Itulah perasaanku saat itu. Sungguh, aku benar-benar dipermalukan saat itu.
“Dasar senior rese, suka-suka gue
kek. Iiiiiiiihhhhhhh... !!!!.” Gumamku dalam hati kesal. Segera aku balik kanan
dan berlari ke kamar mandi hingga air mata ini tak kuasa menetes.
“Lain kali gak usah pakai bedak.
Mau dibilang cantik ? Disini semuanya sama. Ngerti ?.” Ucapan itu selalu
membekas dalam ingatanku. Dan sejak saat itu, aku kembali menjadi aku yang
dulu. Berangkat sekolah tanpa polesan apapun.
Setiap
hari ada saja yang membuatku menangis. Entah apa. Namun perlahan itu semua
membentuk pribadiku. Menghapus kata ‘Manja’ dalam diriku. Tak hanya dalam OSIS,
Paskibrapun begitu. Karna aku memutuskan mengikuti dua organisasi.
“Kamu tuh cantik venus, cuma
pribadi kamu yang menutupi kata itu. Sikap dan sifat kamu. Kalau ketawa
secukupnya aja, gak usah lebay. Denger yak ini teguran untuk kamu. Perbaiki.”
Kata-kata itu yang selalu kuingat bahkan sampai saat ini. Benar-benar membawa
perubahan pesat untuk hidupku. Teh Trieska namanya. Dia pelatih paskibra
disekolahku. Orangnya cantik, lucu, baik tapi juga galak. Tak jarang aku kena
semprot. Tapi itulah justu yang terkenang sampai saat ini.
OSIS
dan Paskibra mempertemukan aku dengan mereka. Sekumpulan orang-orang baru dalam
hidupku yang aku beri nama ‘sahabat’. Semua teori kepemimpinan diajarkan kepada
ku. Tak hanya itu, banyak pengalaman-pengalaman baru dan unik yang aku belum
pernah ku dapat sebelumnya. Kekeluargaan , persahabatan bergabung menjadi satu.
Meskipun tak jarang kami bercekcok satu sama lain.
Hari-hariku
menjadi lebih padat dari sebelumnya ketika aku resmi mengikuti Organisasi itu.
Berangkat sebelum matahari terbit, dan pulang sesudah matahari terbenam. Sejak
saat itu aku mulai terbiasa dengan lingkungan yang aku tak pernah bayangkan
sebelumnya.
“Kakak, ko pulangnya jam segini
terus ?.” Tanya mamah pertama kali. Lalu aku jelaskan semuanya bahwa aku telah
mengikuti dua organisasi itu.
“Mah, Yah. Kaka ikut OSIS sama
Paskibra. Jadi mungkin pulangnya agak telat.” Aku membuka penjelasan awal.
“Memang setiap hari ? Dulu
bilangnya nggak mau masuk sekolah itu, sekarang ? Kayaknya betah banget tuh ?.”
Sambar ayah bertanya dengan nada meledek sambil membawa nasi goreng masakan
mamah.
“Tau nih kakak aneh. Weeee.”
Adikku nisa ikut berkomentar dengan menjulurkan lidahnya.
“Ehhhh awass kamu !!!.” Ucapku
sambil berlari mengejarnya. Kamipun kejar-kejaran dalam ruang tamu. Akhirnya
nisa bersembunyi dibalik mamah. Akupun tak bisa berkutik.
“Kakak.... udah akh. Cepet mandi
terus makan bareng. Ditunggu..” Ucap mamah lembut. Dia selalu bisa mencairkan
suasana. Itulah hebatnya mamah.
Dear Allah
Yang Maha Baik.. ini aku,
Terima
kasih telah menciptakan banyak sekali makhluk hebat dalam hidupku. Makhluk yang
sangat berjasa dalam hidupku. Dia yang sering ku panggil dengan sebutan “mamah
dan ayah”. Terima kasih telah menitipkan aku kepada mereka. Meskipun kadang mereka
sering berubah menjadi monster yang menyeramkan, tapi mereka tetaplah
pahlawanku.
Sekolah
baru ini telah mengajarkan aku banyak hal. Kedewasaan tampaknya mulai merasuk
dalam pribadiku. Betapa besar perjuangan mamah. Itulah motivasi terbesarku.
Alhamdulillah
MOSnya udah selesai. Tapi kenapa aku merasa ada yang hilang ??
Arghh
... rasa ini sungguh aneh . Entahlah..